Delapan orang ilmuwan dari Jepang Ai Ikeda, Hiroyasu Iso, Hideaki Toyoshima, Yoshihisa Fujino, Tetsuya Mizoue, Takesumi Yoshimura, Yutaka Inaba, Akiko Tamakoshi dan Japan Collaborative Cohort Study Group[1], melakukan penelitian pada hampir seratus ribu orang atau lebih tepatnya 94.062 orang Jepang pria dan wanita dengan rentang usia 40 – 79 tahun. Para responden ini diberikan kuesioner dan diminta melengkapinya data dasar. Para peneliti yang dipimpin oleh Ai Ikeda melakukan follow up dan pengamatan selama 9,9 tahun dari catatan medis mereka. Untuk keperluan data dasar, penelitian ini tidak melibatkan (eksklusi) mereka yang mempunyai riwayat stroke, penyakit jantung koroner dan kanker pada saat dimulainya penelitian (baseline).
Kita beri salut dan hormat kepada para peneliti yang dengan sabar menunggu 9,9 tahun untuk mendapatkan hasil “panen”. Setelah 9,9 tahun berlalu tepatnya 31 Desember 1999, para peneliti ini mendapatkan data sebagai berikut: didapatkan bahwa dibandingkan pria menikah, pria yang tidak pernah menikah lebih beresiko mengalami kematian akibat penyakit jantung 3 kali, penyakit respirasi sebesar 2,4 kali, sebab kematian lain 2,2 kali. Untuk wanita yang tidak pernah menikah resiko kematian akibat penyakit seluruhnya secara umum sebesar 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menikah. Pria duda mempunyai resiko 1,3 sampai 1,7 kali lebih tinggi untuk mengalami kamatian akibat stroke, penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler, kanker dan penyebab eksternal serta semua penyebab dibandingkan dengan pria menikah. Pria bercerai mempunyai resiko kematian sebesar 1,6 sampai 2,5 kali akibat penyakit kardiovaskuler, penyakit respirasi, penyebab eksternal dan semua sebab dibandingkan dengan pria menikah. Wanita bercerai 2,3 kali lebih tinggi resiko kematiannya akibat penyakit respirasi.
Pria bujang beresiko mati karena sakit jantung 3 x, karena sakit respirasi 2,4 x, karena sebab lain 2,2 x Pria bercerai beresiko mati karena penyakit kardiovaskuler, penyakit respirasi dan sebab lain 1,6 – 2,5 x Pria duda beresiko mati karena stroke, penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler, kanker dan sebab lainnya 1,3 – 1,7 x Wanita bujang beresiko mati karena penyakit pada umumnya 1,4 x Wanita bercerai beresiko mati karena penyakit respirasi 2,3 x |
Sedikit saya menyimpulkan bagi mereka yang masih bujang... haree geenee masih bujang? No way! Memang hasil penelitian tentu akan menentang syair lagu dari Bang Haji Roma Irama. Katanya “paling enak menjadi bujangan....kemana-mana sendirian... bujangan... oh bujangan.... bujangan... oh bujangan” Ternyata menjadi bujangan itu beresiko mati dari sebab penyakit yang tidak wajar. Hallah.
Tabel berikut merupakan penyajian dalam bentuk lain, maksud saya agar hasil penelitian Tuan Ikeda dan timnya lebih mudah dipahami dan lebih mudah diingat.
Tabel. Resiko sebab kematian pada pria bujangan, pria bercerai, pria duda, wanita bercerai dan wanita bujang di Jepang
Jenis status | Resiko sebab kematian | Besar resiko |
Pria bujang | Sakit jantung | 3 x |
| Respirasi | 2,4 x |
| Sebab lain | 2,2 x |
Pria bercerai | Kardiovaskuler, respirasi dan sebab lain | 1,6 – 2,5 x |
Pria duda | Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Kardiovaskuler, Kanker dan sebab lain | 1,3 – 1,7 x |
Wanita bujang | Penyakit umum | 1,4 x |
Wanita bercerai | Penyakit respirasi | 2,3 x |
Masih di negara Sakura, tiga orang ilmuwan Yoshiharu Fukuda, Keiko Nakamura dan Takehito Takano[2] melakukan penelitian mengenai akumulasi perilaku beresiko dihubungkan dengan status sosial ekonomi yang rendah dan tempat tinggal urban pada wanita di Jepang. Penelitian ini melibatkan sampel 20.030 pria dan 21.076 wanita dari 247.195 rumah tangga. Perceraian merupakan salah satu yang menjadi perhatian dalam penelitian ini dan menghubungkannya dengan perilaku beresiko. Mereka mendapati bahwa, bagi pria yang bercerai, perceraian meningkatkan resiko untuk berperilaku merokok sebesar 1,89 kali, kebiasaan diet buruk sebanyak 1,28 kali dan tidak rutin cek kesehatan sebesar 1,75 kali. Sedangkan bagi wanita yang bercerai, perceraian mempunyai dampak meningkatkan resiko untuk berperilaku merokok sebesar 2,67 kali, menjadi pengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan sebesar 1,68 kali dan berkebiasaan diet buruk sebesar serta mengalami stress sebesar 1,2 kali.
Bagi pria, perceraian tingkatkan perilaku merokok 1,89 kali, diet buruk 1,28 kali, tidak rutin cek kesehatan 1,75 kali Bagi wanita, perceraian tingkatkan perilaku merokok 2,67 kali, konsumsi alkohol 1,68 kali dan diet buruk 1,2 kali |
Jenis perilaku buruk | Peluang resiko |
Bagi pria |
|
Perilaku merokok | 1,89 x |
Diet buruk | 1,28 x |
Tidak rutin cek kesehatan | 1,75 x |
Bagi wanita |
|
Perilaku merokok | 2,67 x |
Konsumsi alkohol | 1,68 x |
Diet buruk | 1,2 x |
Kesimpulan sisipan: jadi kalau Anda menjumpai sekumpulan wanita yang merokok, kemudian Anda menanyainya apakah mereka bercerai maka kemungkinan Anda mendapat jawaban YA 2,67 kali lebih besar ketimbang yang menjawab TIDAK. Tapi jangan dipraktikkan lho? Kecuali kalau Anda yakin tidak akan menyinggung perasaan mereka.
Perceraian menurunkan harapan sehat 65 tahun |
[2] Fukuda, Y., Nakamura, K., Takano, T. (2005); Accumulation of health risk behaviours is associated with lower socioeconomic status and women’s urban residence : a multilevel analysis in Japan; BMC Public Health, , 5; 65 http://www.biomedcentral.com/1571-2458/5/65
[3] Fukuda, Y., Nakamura, K., Takano, T. (2005); Municipal health expectancy in Japan: decreased healthy longevity of older people in socioeconomically disadvantaged areas; BMC Public Health, , 5; 65 http://www.biomedcentral.com/1571-2458/5/65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar