Rabu, 16 Februari 2011

Nasib kesehatan wanita yang sendiri di Swedia

Gunela Ringbäck Weitoft dari Pusat Epidemiologi dan anggota Dewan Nasional Kesehatan dan Kesejahteraan Swedia, bersama tiga rekannya Bengt Haglundjern dan Mäns Rosén dari berbagai Institusi Pendidikan Dokter dan Kesehatan ternama di Swedia melakukan penelitian pada masyarakat berskala luas antara tahun 1991 sampai 1994[1].

Weitoft dan rekan membandingkan 26.619 ibu yang hidup sendiri dalam jangka waktu yang lama dengan 379.855 ibu yang tinggal bersama dengan pasangan mereka.

Weitoft dan rekan ini, membandingkan 26.619 ibu yang hidup sendiri dalam jangka waktu yang lama dengan 379.855 ibu yang tinggal bersama dengan pasangan mereka. Semua ibu-ibu ini mempunyai anak yang berusia 0 – 15 tahun. Di awal penelitian ini yakni pada tahun 1991, semua ibu pada data dasarnya relatif sehat (tidak pernah masuk rumah sakit kecuali untuk melahirkan dalam tiga tahun terakhir). Rentang usia ibu-ibu ini 29 – 54 tahun di awal penelitian tahun 1990. Kemudian ibu-ibu ini diikuti status kesehatan, catatan medisnya selama 4 tahun (1991 – 1994), untuk memantau mortalitas, kesakitan berat dan trauma dalam periode waktu tersebut. Rata-rata usia ibu sendiri 38,6 tahun sedangkan ibu dengan pasangan 39,0 tahun, yang berarti tidak ada perbedaan yang berarti dalam hal usia. Mengapa usia penting diperhatikan, karena perbedaan usia yang terlampau jauh apalagi satunya jauh lebih tua, tentu angka kesakitannya akan lebih banyak. Nah, dengan awal yang sama di awal pengamatan ini, akan lebih menjamin bahwa pengaruh kesehatan atau yang lainnya benar-benar merupakan dampak dari pengaruh kesendiriannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Di amati pula, ternyata ibu sendiri lebih banyak sebagai pekerja manual (pekerjaannya relatif kasar), lebih sedikit anak dan lebih cenderung tidak bekerja. Sebagian besar ibu sendiri tinggal di tiga kota terbesar di Swedia (Stockholm, Gothenburg dan Malmö) dan sebagian besar tinggal di rumah kontrak.

Kondisi ini berlawanan dengan ibu-ibu yang hidup bersama pasangan mereka, lebih dari 85% ibu-ibu dengan pasangan mereka tinggal di rumah mereka sendiri. Ibu-ibu sendiri dua kali lebih sering mengajukan klaim jaminan sosial karena tidak punya pekerjaan. (berbeda dengan di negara kita, orang yang dalam posisi tidak menguntungkan diberikan santunan oleh negara)

Yang mencengangkan adalah ketika para peneliti ini melihat data kesakitan dan mortalitas selama 4 tahun pengamatan didapatkan bahwa, resiko sekarat (dying) pada ibu sendiri 50% lebih tinggi ketimbang ibu dengan hidup bersama pasangan. Ibu-ibu yang sendirian mempunyai peluang menderita penyakit psikiatri (kejiwaan) dan percobaan bunuh lebih tinggi 2,5 kali dan peluang untuk menderita kanker paru lebih dari dua kali lipat lebih besar. Resiko yang sangat menonjol bagi ibu sendiri adalah penyalah gunaan obat atau alkohol (peningkatan resiko lebih dari empat kali lipat) dan korban kekerasan (peningkatan resiko enam kali lipat). Untuk korban kekerasan, setelah dikoreksi dengan situasi rumah nilai resiko turun dari semula 5,47 kali menjadi 2,39 kali. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa situasi rumah untuk ibu sendiri punya andil dalam menyebabkan ibu sendiri menjadi rentan sebagai korban kekerasan. Ibu sendiri lebih beresiko mengalami kecelakaan lalu lintas sekitar 1,5 kali lebih besar.

Wanita hidup sendiri entah karena bercerai atau bujang mempunyai resiko melemah kekuatan finansial, mati lebih cepat, sakit jiwa dan mencoba bunuh diri, menjadi penyalah guna obat dan alkohol, korban kekerasan dan mengalami kecelakaan lalu lintas



Tabel 1. Resiko wanita hidup sendiri dibandingkan wanita hidup bersama pasangan di Swedia

No

Jenis Resiko

Besar resiko

1.

Menurunnya jaminan finansial

2 x (klaim jaminan sosial)

2.

Sekarat (dying)

50% lebih tinggi

3.

Sakit jiwa dan percobaan bunuh diri

2,5 x

4.

Penyalahguna obat dan alkohol

4 x

5.

Korban kekerasan

6 x

6.

Kecelakaan lalu lintas

1,5 x



[1] Weitoft, G.R., Haglund, B., Hjern, A., Rosén, M. (2002), Mortality, severe morbidity and injury among long term lone mothers in Sweden; International Journal of Epidemiology; 31; 573 – 580

Tidak ada komentar:

Posting Komentar