Kamis, 01 November 2012

Ilmu Tentang Ngiler



Berbagai posisi ngeces
Mungkin diantara kita semuanya pernah mengalami ngiler entah dulu saat menjadi bayi, atau bahkan sampai usia kakek-kakek dan nenek-nenek. Mengiler disebut juga dengan sialorrhea, yaitu suatu kondisi yang dialami oleh jutaan orang dalam tidurnya setiap malam. Berbagai macam posisi dan aktivitas tampaknya juga tetap memberikan peluang untuk kita untuk sekedar meneteskan beberapa tetes atau satu tetes saja dari air ludah yang tumpah keluar dari rongga mulut kita.
Setelah saya amat amati lebih mendalam, ternyata posisi tidur yang paling sering membuat orang ngiler adalah posisi miring. Tetapi bila orang posisi tidurnya tengkurap, maka bukan ngiler namanya, melainkan tumpah ruah semuanya. Sebaliknya bila posisi telentang akan berakibat tergenang. Ha ha ha. 

Tidak jarang pula, ngiler terjadi saat terjaga, seperti saat melihat makanan lezat dan dalam keadaan lapar dan tidak sabar lagi untuk makan.
 




Darimana asalnya ludah
Pusat-pusat produksi air ludah pada manusia; kelenjar parotis terletak di pipi dikepung oleh otot-otot pipi; kelenjar submandibular terletak di bawah rahang bawah; kelenjar bawah lidah terletak di bawah lidah.

Ludah berasal dari kelenjar-kelenjar ludah yang tertata rapi mengepung permukaan rongga mulut. Kelenjar-kelenjar utama penghasil ludah adalah kelenjar parotis (terletak di sela-sela serat-serat otot pipi) kelenjar sub mandibula (terletak di bawah rahang bawah) dan sub lingual (terletak tepat di bawah lidah). Setiap saat air ludah selalu diproduksi tanpa henti-hentinya dengan maksud agar rongga mulut itu tidak kering. Berarti walaupun kita sedang tidur, sedang ngelamun atau sedang apa pun kita, air ludah senantiasa terus diproduksi. Produksi air ludah makin menjadi intensif pada saat kita makan, dimana ada “pemerasan” dari otot-otot pengunyah yang menyusun bangunan pipi yang bisa kita kempotkan atau kita kembungkan.
 








Mengapa ludah berbau
Masih ingat saat kamu bangun tidur mendapati sprei tempat kamu tidur basah. Terus kamu mencoba mencium aroma yang ditimbulkan tempat basah itu. Apa yang kamu rasakan? Ya jelas bau! Bagaimana baunya? Pasti kecing-kecing khas air ludah kan? 


Mengapa air ludah bisa berbau khas kayak begitu?
Air ludah mempunyai komposisi yang sangat khas, sebagian besar didominasi cairan dan protein. Protein yang berada di dalam ludah itu semua mempunyai fungsi-fungsi khusus. Agar berfungsi secara optimal secara alamiah harus berada dalam suhu tubuh. Di awal diludahkan, ludah tidak berbau, karena suhunya masih sama dengan suhu tubuh. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya sama dengan suhu sekitarnya, protein menjadi terurai menjadi unsur-unsurnya. Salah satu unsur penyusun protein adalah amonia dan sulfur, dimana kedua unsur ini menyumbangkan bau tidak enak. Secara lengkap kandungan air ludah adalah sebagai berikut : beberapa macam enzim, di antaranya alfa-amilase (ptialin), lisozim, dan lipase lingual. Amilase dan lipase berturut-turut memulai pencernaan pati dan lemak sebelum makanan ditelan. Enzim-enzim tersebut bekerja optimal pada pH 7,4. Lipase lingual memiliki pH optimum ~4,0, sehingga tak akan aktif jika belum memasuki lingkungan asam. Lisozim berperan dalam lisis bakteri. Air liur manusia juga mengandung fosfatase asam ludah, N-asetilmuramil-L-alanin amidase, NAD(P)H dehidrogenase-quinone, laktoperoksidase ludah, superoksida dismutase, glutation transferase, dehidrogenase aldehid, glukosa-6-fosfat isomerase, dan kallikrein jaringan. Adanya produk-produk ini kadang mengakibatkan air liur berbau tidak sedap.
Dalam keadaan puasa, bau mulut makin menjadi diakibatkan oleh air liur yang makin mengental saat berpuasa. 


Apakah ludah sebagai satu-satunya penyebab bau mulut?
Jawabannya tentu saja tidak. Ada sumber-sumber bau lain yang berujung pada berbaunya udara yang dikeluarkan dari mulut seseorang dan terdeteksi oleh indra penciuman orang yang diajak berbicara dengannya.
 
Sumber-sumber bau tersebut meliputi :
1.    1,   “Karang berselaput mentega”, artinya gigi yang karies diselimuti “gudal” yang berwarna kekuningan karena jarang gosok gigi atau gosok gigi, tetapi tidak menjangkau daerah-daerah gigi tersebut. Maksudnya adalah karang gigi dan atau karies gigi. Karies gigi inilah yang dimaksud “karang” [batu karang di laut], sementara mentega adalah karang gigi atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah gidal. Untuk mengatasi masalah karang gigi, baiknya seseorang setiap enam bulan sekali berkunjung ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi.
2.     2,  Jrawut-jrawut di permukaan lidah menjadi tempat bersarang air ludah beserta sisa-sisa makanan yang dibelepotinya. Jadi di sini ada dua sumber bau sekaligus, pertama air ludah sendiri yang lama kelamaan menjadi bau plus sisa-sisa makananan yang terurai oleh bakteri yang masih hidup juga menjadi sumber bau. Kualitas dan intensitas bau makin menjadi manakala seseorang habis makan makanan yang berbau menyengat seperti ada unsur bawang dalam makanan seperti sambal bawang atau nasi goreng yang banyak bawangnya. Untuk menyingkirkan sumber bau-bauan mulut dari sebab ini disarankan untuk gosok gigi setelah makan demikian juga menyikat lidah setelah makan. Dengan menyikat lidah, maka air ludah beserta sisa-sisa makanan yang dikandungnya akan tersapu. Mau bukti? Cobalah makan semangka merah atau coklat, setelah itu cobalah untuk menyikat lidah dengan sikat gigi [bisa pakai pasta gigi atau tidak], kemudian perhatikan permukaan sikat gigi akan berwarna merah bila kamu habis makan semangka atau berwarna coklat setelah kamu makan coklat.
3.      3. Berasal dari radang tenggorokan atau radang pada amandel. Baunya khas agak busuk sedikit campur ada bau bangkai [tetapi tidak banget]. Siapa pun Anda entah bintang sinetron paling cantik atau paling cakep, ataukah tukang kebun, kondektur atau penjual sayur, kalau sakit radang tenggorokan atau radang amandel [tonsil] akan menebarkan pesona bau khas agak busuk campur ada sedikit bau bangkai. Untuk mengatasinya secepatnya pergi ke dokter untuk berobat.


Untuk apa air ludah dihasilkan?
Dari kandungannya dapat dilihat fungsi dari air ludah. Enzim pencernaan seperti amylase (ptialin) berfungsi mencerna karbohidrat. Kalo kamu tertib mengunyah makan sampai 30 kali, kamu akan merasakan dampak kerja dari enzim ptialin ini. akan terasa manis nasi yang kamu makan kan? Nah itulah efek dari kerja enzim ptialin ini. 

Kandungan lisozim dan soluble IgA dari air ludah mampu menetralisir atau menonaktifkan atau bahkan melisiskan bakteri. Maka tidak salah kalo orang-orang desa itu kalo luka, mengoles lukanya dengan air ludahnya sendiri.
Air ludah yang terus menerus dihasilkan membuat rongga mulut senantiasa dalam keadaan basah. 

Berapa banyak air ludah dihasilkan?
Ternyata air ludah itu dalam sehari semalam banyak sekali jumlah yang diproduksi. Diperkirakan sekitar 1500 cc atau 1,5 liter atau seukuran satu setengah botol bensin yang dijual eceran di pinggir jalan. Banyak sekali, kayak ga percaya ya, kelenjar kecil-kecil itu bisa menghasilkan produk air ludah sebanyak itu, terus-menerus dan tidak pernah berhenti walaupun kita tertidur nyenyak. 


Mau bukti kalau air ludah yang diproduksi oleh kelenjar ludah kita banyak? Buktinya adalah :
1.      Sewaktu-waktu ketika orang marah atau jijik langsung bisa mengeluarkan air ludah untuk “diludahkan”
2.      Ketika orang tertidur mempunyai peluang besar untuk ngiler
3.      Kita merasa dalam mulut kita selalu ada ludah, bahkan kalo kalian mau telanlah ludah sekarang juga sambil tetap membaca tulisan ini. Bisa kan?


Fungsi lain dari air ludah
Manusia dikaruniai Allah SWT kreativitas yang tinggi, selalu ingin tahu, dan coba-coba siapa tahu bisa, atau mungkin untuk fungsi lain tetapi bisa tampil beda.  Apa itu? Kayaknya kamu langsung berkata dalam hati “iya” “iya” dan “iya” dari setiap yang nanti akan saya sebutkan.

Jadi selain berfungsi salah satu bentuk dari ekspresi marah dan jijik, ngiler, atau sewaktu-waktu membasahi area mulut dalam kita, juga ada fungsi lainnya :
1.      1. Untuk mengobati luka baru. Terus terang saya belum menemukan bukti ilmiah mengenai hal ini dari jurnal ilmiah terpercaya. Tetapi kalau melihat kandungan air ludah yang ada antibodi, ada lisozim yang mampu membunuh bakteri, perilaku yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan ini menjadi logis. Ada beberapa aliran mengenai pengobatan dengan air ludah ini.
a.      Paham langsung meludah dan meratakannya dengan jari-jari pada kulit yang terluka
b.      Mengunyah-ngunyah dulu rumput TÊKI kemudian rumput yang sudah terlumat habis dan tentu saja berkubang dalam air ludah dan baunya itu, langsung dioleskan pada kulit yang terluka
c.       Atau sebagian orang Jawa bilang “idu bacin” (ludah bacin) biasanya ketika bangun pagi dan belum gosok gigi plus belum makan dan minum.... nah ludah inilah yang katanya manjur untuk pengobatan luka baru dari kulit. Syarat pemilik idu bacin adalah orang tua kandung dari si anak 
2. Untuk mengobati mata belekan. Perilaku pengobatan ini juga dipraktikkan di kalangan masyarakat pedesaan. Prinsipnya juga sama dengan perlakuan idu bacin. Biasanya dioleskan pada bayi yang sakit belekan dan sumber idu bacin adalah ibu kandung dari si bayi ini.
3. Untuk mengobati demam. Caranya; si ibu mengunyah-ngunyah beras kencur sampai belepotan dengan air ludah, kemudian ditempelkan di dahi si anak balita yang sedang demam.
4. Untuk menciptakan “bonding” antara pemilik dan hewan ternak, terutama jenis unggas. Caranya ludah dikumpulkan dulu secukupnya, kemudian si unggas “dicengkeram” kemudian mulut dipaksa terbuka, kemudian ludah yang terkumpul tadi dimasukkan ke dalam mulut si unggas yang terpaksa terbuka.