Kamis, 30 Juni 2011

Menjadi Dokter Pribadi di Rumah Sendiri: perilaku penyebab GEMUK

Menjadi Dokter Pribadi di Rumah Sendiri: perilaku penyebab GEMUK: "Perilaku “leha-leha” tampaknya merupakan pendorong kuat untuk menjadikan seseorang menjadi gemuk. Perilaku tersebut meliputi [1] : Meno..."

perilaku penyebab GEMUK

Perilaku “leha-leha” tampaknya merupakan pendorong kuat untuk menjadikan seseorang menjadi gemuk. Perilaku tersebut meliputi[1] :

  1. Menonton TV atau main game minimal 3 – 4 jam sehari merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan obesitas atau kegemukan. Bahkan menurut beberapa penelitian risiko terjadinya kegemukan pada orang yang nonton TV atau main game 3 – 4 jam sebanyak 2 – 3 kali!
  2. Orang yang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, ngepel, cuci-cuci dan sebagainya setiap hari berpeluang tubuhnya menjadi langsing ketimbang orang yang melakukannya beberapa kali per minggu atau perbulan atau bahkan yang jarang.
  3. Tidak pernah jalan kaki, jarang jalan kaki per minggu meningkatkan peluang gemuk ketimbang mereka yang jalan kaki setiap hari. Demikian juga dengan yang tidak pernah olah raga sedang membuat gemuk menjadi ancaman yang tidak bisa dihindari.

PERILAKU “LEHA-LEHA” MEMBUAT TUBUH ANDA MENJADI GEMUK

Selain perilaku “leha-leha” juga ada kebiasaan mengonsumsi makanan-makanan tertentu yang menyebabkan seseorang berpeluang besar untuk menjadi gemuk yaitu:
  1. Kebiasaan ini tampaknya kontroversial yaitu minum “jus buah” instan meningkatkan risiko kegemukan sampai 4 kali (maksud “jus buah” adalah hanya essence, tetapi unsur seratnya tidak ada seperti yang disediakan di warung-warung jus jeruk padahal itu hanya sirup rasa jeruk plus es batu kemudian diblender)[2].
  2. Makan goreng-gorengan setiap hari mempunyai pengaruh dalam meningkatkan peluang 1,5 – 2 kali lebih besar untuk menjadi gemuk ketimbang mereka yang tidak mengonsumsi
  3. Minum soft drink setiap hari mempunyai pengaruh dalam meningkatkan peluang gemuk terutama pada kelompok umur 25 – 40 tahun, di penelitian lain peluang untuk menaikkan berat badan pada anak dan remaja pria sampai 5 kali bila minum soft drink[3] yang regular, tetapi 1,7 kali bila minum soft drink diet. Saya punya pengalaman dari pasien yang tidak seberapa gemuk, tetapi profil lemak darahnya bermasalah (LDL tinggi, kolesterol tinggi) ternyata dia seorang yang “pecandu” soft drink, dia sendiri setiap hari minimal minum satu botol. Bahkan stok untuk dirinya seperti penjual soft drink yang “best seller”.
  4. Mengonsumsi western fast food lebih dari sekali per minggu berpengaruh menaikkan berat badan terutama pada pria usia 25 – 40 tahun dengan risiko gemuknya mendekati 1,5 kali dari mereka yang tidak mengonsumsi. Makanan “fast food” produk Indonesia asli malah kaya serat dan menyehatkan contohnya LONTONG BALAP, selain lontong dan bumbu sambel juga ada sayuran rebusnya (sekedar intermezo)
  5. Mengonsumsi permen dan kripik kentang seminggu lebih dari sekali juga meningkatkan peluang gemuk hingga 2 kali ketimbang mereka yang tidak mengonsumsi[4]
  6. Mengonsumsi mie instan seminggu lebih dari sekali bagi anak laki-laki meningkatkan peluang gemuk hingga 2 kali lebih besar ketimbang mereka yang tidak mengonsumsi

MAKAN GORENGAN, PERMEN, SOFT DRINK, SETIAP HARI DAN MAKAN WESTERN FAST FOOD, MIE INSTAN, SEMINGGU LEBIH DARI SEKALI MEMBUAT ANDA BISA MENJADI GEMUK



[1] Banwell, C , Lim, L, Seubsman, S.A., Bain, C, Dixon, J, Sleigh, A (2009) Body mass index and health-related behaviours in anational cohort of 87134 Thai open university students, J Epidemiol Community Health 63:366–372.

[2] Tanasescu, M, Ferris, A.M., Himmelgreen,D.A., Rodriguez N., Escamilla, R.P., (2000)Biobehavioral Factors Are Associated with Obesity in Puerto Rican Children, J. Nutr. 130:1734–1742,

[3] Soft drink, seperti CocaCola dsb, sedangkan soft drink diet, bebas gula seperti Cola diet

[4] Hilsen, M., Eikemo, T.A., Bere, E., (2010) Healthy and unhealthy eating at lower secondary school in Norway, Scand J Public Health 38: 7

Teman Anda Menentukan Bentuk Tubuh Anda!

Hasil kerja penelitian yang luar biasa dari Nicholas A. Christakis and James H. Flower, melakukan pengamatan sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2003 (selama 25 tahun) melibatkan 12.067 orang, mendapatkan kesimpulan lingkungan jejaring sosial seseorang mempengaruhi gemuk tidaknya seseorang[1]. Maksudnya adalah bila Anda sehari-hari dalam lingkungan orang-orang yang gemuk, maka peluang Anda untuk gemuk akan besar. Bukan karena tertular karena berinteraksi secara fisik, melainkan perilaku-perilaku makan makanan besar dan camilan yang mereka akrabi setiap hari juga perilaku latihan fisik yang rendah juga memperbesar peluang itu. Lebih detil hasil penelitian mereka berdua adalah peluang seseorang menjadi gemuk meningkat 57 % bila mempunyai satu teman yang gemuk, bila satu saudara kandung gemuk, maka peluang seseorang untuk gemuk adalah 40 %, sedangkan bila salah satu pasangan suami istri gemuk, peluang pasangannya untuk menjadi gemuk adalah sebesar 37 %. Tetapi efek ini tidak berpengaruh pada tetangga di lingkungan geografis yang dekat. Dapat disimpulkan di sini, bentuk tubuh “sahabat” Anda menentukan ukuran dan bentuk tubuh Anda.

Pada gambar 10 dengan jelas menunjukkan dua kelompok dari lingkungan jejaring sosial yang berbeda yang membuat anggotanya mempunyai peluang yang berbeda untuk menjadi gemuk. Lingkungan jejaring gemuk mendorong anggotanya tumbuh menjadi gemuk lebih besar. Sedangkan lingkungan jejaring langsing malah sebaliknya.

Kemungkinan lainnya adalah dengan mengacu pada penelitian Mummery et al (2007) di Australia[1], dimana mereka dalam komunitas yang cenderung “individualis” atau modal sosial[2] rendah mempunyai kecenderungan dalam membuat warganya jarang berolahraga atau dalam bahasa Inggris disebut dengan physical inactivity. Istilah terakhir inilah yang membuat seseorang berpeluang besar mengalami obesitas alias kegemukan alias gembrot. Penelitian lain menyebutkan bahwa lingkungan sekolah dimana dalam radius 1 mil (1,5 km) terdapat restoran fast food, ternyata secara signifikan membuat siswa-siswa di sekolah itu untuk mengalami gemuk, dibandingkan dengan sekolah yang tidak ada restoran fast food.[3]


[1] Mummery, W.K., Lauder, W., Schofield, G., Caperchione, C., (2008) Associations between physical inactivity and a measure of social capital in a sample of Quennsland adult; Journal of Science and Medicine in Sport; Jun; 11, 3; ProQuest Medical Library pg. 308

[2] Modal sosial adalah “lem” dalam masyarakat, masyarakat yang individualis misalnya di lingkungan perumahan berpagar tinggi, kurang sosialisasi antar tetangga dan jarang atau bahkan tidak ada organisasi sosialnya seperti PKK, posyandu, RT dsb, termasuk memiliki modal sosial yang rendah. Modal sosial telah dijelaskan lebih mendetil di buku “Menjadi Dokter Pribadi di Rumah Sendiri” dengan penerbit Khasanah Media tahun 2010

[3] Davis, B., Carpenter, C (2009) Proximity of Fast-Food Restaurants to Schools and Adolescent Obesity, Am J of Public Health, March Vol 99, No. 3


[1] Christakis, N.A., Fowler, J.H., (2007)The Spread of Obesity in a Large Social Network over 32 Years, New England Journal of Medicine, 357:370-9