Jumat, 31 Desember 2010

HIV vs AIDS dan Infeksi Menular Seksual vs Penyakit Menular Seksual

Klarifikasi Istilah

Sebelum memulai, mau klarifikasi istilah dulu

HIV : singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, virus yang menyebabkan penyakit kelemahan sistem kekebalan tubuh.

AIDS : singkatan dari Acquired ImmunoDeficiency Syndrome, penyakit atau dari istilah ini disebut dengan sindroma kelemahan sistem kekebalan tubuh. Melihat dari arti katanya kelemahan sistem kekebalan tubuh, berarti, orang yang menderita penyakit ini mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi musuh-musuh sistem pertahanan tubuh, seperti virus, bakteri yang mencoba menerobos masuk tubuh kita. Jadi orangnya mudah sakit infeksi. Kelemahan sistem kekebalan tubuh ini bersifat di dapat dari luar. Artinya ia mendapat dari luar, bukan seperti pada beberapa penyakit yang bersifat menurun atau penyakit keturunan atau akibat penyakit lain seperti kondisi penyakit diabetes melitus yang kronis dan berakibat penurunan kekebalan tubuh.

Jadi HIV adalah penyebab, sedangkan AIDS adalah penyakit yang diakibatkannya.

………………………………………………………………

Saat malam sedang akan istirahat, penyeranta handphone saya berbunyi…. ternyata ada SMS.

dari 08564xxxxx

dok, ini Evi mhn maaf mo nanya gynecosid itu obat apa sih, efek smpingnya apa? kalo beli mmang hrs pake resep?

Saya menjawab

081225xxxxxx

Itu obat hormon kewanitaan, hrs dengan resep dokter. Lha ada apa mbak?

Beberapa menit kemudian

Dari 08564xxxxx

Saya sdh ga mens 2 bln ini, kata tmn2 gynecosid itu bisa membuat mens. Kalo boleh sy mnta respnya ya dok.. boleh ya

Saya membalas kembali

081225xxxxxx

Wah mbak kalo nulis resep apalagi obt hrs ada alasannya. Ga bs lgsng tembak. Sy sarankan mbak perxa lab dulu, mmastikan itu bukan kehamilan..

Kembali ada balasan

Dari 08564xxxxx

Trs terang kayaknya hamil, sy sdang skripsi, sy anak sulung, si cowok cuek… sy didiemin aja

Saya balas sms-nya

081225xxxxx

Mbak Evi yg b4ik, sy ada pasien anak, dia cacat, matanya suka nglirik ke atas, air ludahnya suka nyrocos terus… ortunya sm2 mhsiswa. Mncoba menggugurkan, dng obt mcm2 tms obt kimia & trdisionl. Ternyt anaknya ttap bertahan smpe lahr. Skrng ke2 ortunya ga tahu dimana. Anak itu dirwt pa becak.. maaf mbak kalo sy mngcewakn..

………………………………………………………

Penasaran ya kelanjutan ceritanya...

Tahan dulu ya sebentar penasarannya.....OK!

Bicara mengenai infeksi HIV / AIDS, tidak lepas dari perilaku manusia terutama berkaitan dengan perilaku seksual. Perilaku seks bebas, tampaknya saat ini sudah menjadi ancaman tersendiri yang memrihatinkan. Kasus Evi tidak sendiri. Seorang pakar media, mengatakan saat ini Indonesia mempunyai lebih dari 500 film porno. Dan bintangnya sebagian besar remaja SMP dan SMA. Dan yang lebih memrihatinkan adalah sebagian besar tempat terjadinya pembuatan film porno itu berada rumah orang tuanya sendiri saat rumah sepi, tidak ada siapa-siapa.

Eh ngomong-ngomong kasihan ya anak yang bola matanya suka ngelirik ke atas, ludahnya suka nyrocos keluar, korban ortunya yang sama-sama tidak menghendaki kelahirannya, karena ketergesaan cinta dan berusaha membunuhnya, tetapi gagal, akhirnya lahir cacat seperti yang saya ceritakan di sms.

berita sedihnya.... akhirnya sang anak ini meninggal dunia beberapa waktu yang lalu saat berusia sepuluh tahun...

Puisi sang anak malang

Ooh sungguh malang diriku

Akulah noda dari cinta yang bergairah

Akulah aib dari cinta yang merekah

Akulah satu bintang yang coba dihapus dari malam

Akulah kota yang coba dihapus dari peta

Tetapi mereka tidak mampu mengubah takdir

Aku tetap terlahir

Aku tetap ada

Semua perasaan yang seharusnya ada untukku, tetapi dia dicampakkan jauh-jauh

Aku dianggap tidak ada

Aku tak diacuhkan sama sekali

Aku lahir dengan ketidaksiapan cinta

Aku lahir tak diharapkan

Aku lahir tuk dikorbankan

Aku lahir tuk dikalahkan oleh harga diri

Aku lahir tuk dicampakkan agar mereka tetap terhormat di depan manusia

Dengan cacat yang tlah mereka lakukan padaku

Cacat yang harus aku tanggung sendiri sampai tutup usiaku menjelang

Penderitaan yang aku jalani tanpa penerimaan

Tanpa dukungan

Bahkan oleh bapak ibu biologisku sendiri

Kasus Evi dan 500 film porno produk dalam negeri, di atas hanyalah sebagian dari fenomena gunung es yang mencuat ke permukaan. Sebagian besar kasus yang tidak muncul masih tidak terdeteksi, tetapi menyimpan bom waktu yang tinggal menunggu waktu kapan akan berubah menjadi sebuah ledakan dahsyat yang akan membahayakan ketenangan dan kenyamanan hidup yang kita alami.

Selama saya melakukan praktik dalam delapan tahun terakhir, saya menjumpai lebih dari sepuluh kasus penyakit menular seksual seperti gonorhoea (dibaca gonore), atau orang biasa menyebut dengan kencing nanah. Karena yang sering dikeluhkan pada muara penisnya merembes carian putih kental bercampur nanah, menjadi flek-flek kekuningan di celana dalamnya. Dan yang lebih memrihatinkan adalah kesemuanya adalah mahasiswa. Kalau kita merujuk pada kepustakaan, seseorang yang telah menderita gonorhoea didapatkan telah melakukan hubungan seksual rata-rata dengan 4 pasangan seksual. Penderita sifilis melakukan hubungan seks dengan rata-rata 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya.

Jadi 10 mahasiswa yang datang di tempat praktik saya dalam 8 tahun terakhir, mencerminkan sudah punya resiko menularkan dan ditularkan penyakitnya kepada 40 pasangan seksual mereka. Bahkan ada dua orang dari mereka datang ke tempat praktik karena kambuh lebih dari empat kali dalam periode waktu yang berbeda.

Sebentar.

Kayaknya Anda belum percaya bagaimana perilaku seks bebas bisa mempunyai dampak yang mengerikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kisah berikut, kisah favorit saya untuk menjelaskan bagaimana sebuah epidemi itu bisa terjadi. Mari kita simak kutipan berikut.[1]

Epidemi Gonorhea di Colorado Springs, Colorado

Colorado Spring sebuah kota dengan penduduk 100.000 orang telah mengalami suatu epidemi gonorhoea. Epidemi itu tidak saja menyerang orang dewasa, tetapi juga menyerang bayi-bayi, dimana kedua matanya menjadi bernanah hebat.

John Potterat, seorang epidemiolog mencoba menganalisis bagaimana epidemi tersebut bisa terjadi. Dengan mewancarai setiap orang yang datang di Puskesmas untuk pengobatan penyakit ini selama jangka waktu enam bulan. Ia menemukan bahwa sekitar separuh dari kasus keseluruhan pada hakikatnya dialami oleh orang dari empat kawasan pemukiman yang hanya 6 persen dari luas seluruh kota. Selanjutnya, separuh di antara mereka yang termasuk 6 persen itu sering berkunjung ke enam buah bar yang sama. Maka John Potterat mewancarai 768 orang dalam kelompok kecil itu dan menemukan 600 di antara mereka tidak menularkan gonorhoe kepada siapa pun atau hanya menularkannya kepada satu orang lain. orang-orang ini disebutnya bukan penular (nontransmitter). Sementara itu, orang-orang yang memicu epidemi – orang-orang yang menginfeksi dua, tiga, empat, atau lima orang lain dengan penyakit ini – adalah 168 orang yang tersisa. Dengan kata lain, di seluruh kota Colorado Springs – sebuah kota yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang – epidemi gonorhoe dipicu menjadi dramatis oleh ulah 168 orang di empat kawasan pemukiman yang senang bersosialisasi di enam bar yang sama.

Siapakah 168 orang ini? Mereka bukan seperti orang seperti Anda atau saya. Mereka orang yang keluar rumah setiap malam, orang yang berganti-ganti pasangan dalam menyalurkan hasrat seksual, orang dengan gaya hidup dan perilaku yang menyimpang dari kelaziman. Pada pertengahan 1990-an, misalnya, di sebuah gelanggang olahraga dan rekreasi di East St. Louis, Missouri, ada seorang pria bernama Darnell “Boss Man” Mc Gee. Ia sosok pria bertubuh tinggi besar lebih dari satu meter delapan puluh, tampan, mahir bersepatu roda, yang sengaja memikat gadis-gadis remaja melalui keterampilannya di arena sepatu roda. Kelompok usia yang paling disukainya adalah tiga belas dan empat belas tahun. Ia membelikan mereka perhiasan, mengajak mereka berjalan-jalan dengan Cadilac-nya, membuat mereka “melayang tinggi” dengan narkotika, dan memperkenalkan mereka dengan kenikmatan hubungan seks. Antara tahun 1995 – 1997, ketika ia tewas ditembak oleh seseorang, ia telah berhubungan seks dengan sedikitnya 100 wanita dan (sebagaimana terbukti belakangan) telah menginfeksi setidaknya 30 di antara mereka dengan HIV.

Coba Anda garis bawahi tebal-tebal, pakai yang berwarna juga boleh. Epidemi yang menyerang 100.000 warga akibat ulah 168 warganya. Bahkah salah seorang diantaranya terbukti telah menularkan HIV kepada 30 pasangan seksualnya yang kebanyakan gadis yang berusia 13 – 14 tahun!!!

Coba cermati lagi dan garis bawahi lagi. Darnell “Boss Man” Mc Gee, seorang pria kharismatik dalam menggaet gadis-gadis belia, juga suka mengajak mereka “melayang tinggi” dengan narkotika…

Ada perilaku tambahan selain perilaku seks bebas, yaitu perilaku pengguna narkotika! Kombinasi yang sinergis dalam menularkan HIV. Nanti kita akan bahas tersendiri. Sabar ya.

Sebelum berbicara lebih lanjut, kita perlu mencermati definisi penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual. Pengertian ini sangat bermanfaat untuk nantinya membedakan istilah antara infeksi HIV dan penyakit AIDS.

Pembedaan istilah penyakit menular seksual dengan infeksi menular seksual dimulai sejak tahun 1998. Kalau infeksi menular seksual berarti bakteri atau virus penyebab sudah masuk tubuh seseorang, tetapi masih belum memunculkan gejala-gejala yang membuat seseorang disebut sakit. Jadi seseorang yang di dalam tubuhnya ada bakteri atau virus penyebab penyakit menular seksual, belum tentu dia dalam keadaan sakit. Bisa jadi dia masih seperti orang normal, atau orang medis menyebut asimptomatik artinya tidak bergejala.

Sebaliknya istilah penyakit menular seksual, gejala-gejala penyakit sudah ditemukan, dan dipastikan kuman atau bakteri maupun virus penyebab ada dalam tubuhnya. Walaupun kenyataannya menemukan kuman atau bakteri maupun virus penyebab bukanlah perkara yang mudah.

Mengapa harus dibedakan kedua istilah itu? Apa pentingnya?

Kalau sudah menjadi penyakit, maka akan jelas. Dokter, keluarga pasien, tetangga pasien, dan tentu saja pasiennya sendiri sudah bisa merasakan adanya penyakit. Semuanya bisa dilihat, dirasa, diraba dan tentu saja diperhatikan dengan seksama. Asal penderitanya mau terbuka. Tapi, sayangnya, menurut kebiasaan hanya terbuka sama dokter.

Contohnya penyakit GO atau gonorhoea, pada penderita laki-laki, penderita sendiri sudah bisa merasakan. Bangun pagi ketika mau ke pipis, ketika membuka celana, dia terkejut-kejut melihat ada flek-flek kekuningan menodai celana dalamnya. Penderita sifilis, baik pria maupun wanita, melihat ada luka di kemaluannya. Sebagaimana umumnya penyakit infeksi lainnya, juga disertai badan meriang, pegel-pegel serasa habis dipukulin orang sekampung. Badan capek dan sebagainya dan sebagainya.

Hei.. kapan ngebahas penyakit HIV/AIDS?

Sabar ya.

Tuh kan menyebutnya saja keliru. Mana yang penyakit, HIV atau AIDS? Nah lo

Kembali ke masalah tadi kenapa harus dibedakan dan mengapa penting. Kalau yang sudah jelas dia berpenyakit. Dia merasa terganggu dan menyadari kalau dia berpenyakit. Terus datang ke tempat dokter. Dikasih obat, infeksi bisa teratasi dan diberi nasihat sama dokter agar berperilaku seks yang sehat. Dia lebih hati-hati, atau dokter sudah bisa mengetahui siapa biang kerok penyebab penularan. Kalau seandainya di kemudian hari ada orang sakit serupa dan pernah ada riwayat kontak seksual dengan si dia. Tetapi kalau sudah bisa diobati dan kebetulan dunia medis sudah menemukan obatnya dan kumannya tidak kebal, seperti gonorhoea dan sifilis, masih sedikit bisa bernafas lega, penularan untuk sementara bisa diputus. Sementara?

Iya, coba diingat-ingat data penelitian sebelumnya, satu penderita gonorhoea sudah melakukan hubungan seksual dengan empat partner seksual. Sementara satu penderita sifilis sudah melakukan hubungan seksual dengan lima partner seksual. Masih ingat? Lalu..

Kalau seseorang pada saat sudah tertular, tetapi dia belum menunjukkan gejala-gejala penyakit, berarti dapat dikatakan bahwa orang ini tampaknya normal, tetapi dalam tubuhnya terutama daerah kelaminnya ada kuman, sudah bisa menularkan ke banyak orang orang. Kemudian dia sakit, periksa ke dokter, dan diobati. Setelah diobati terus sembuh. Dia kembali ke habitatnya semula.

Berarti… dia bisa tertular kembali?!

Iya Anda benar.

Dia bisa tertular kembali. Jadi kuman yang ada di kelamin itu bisa berpindah-pindah seperti bola ping pong yang dipukul ke sana kemari oleh pemainnya.

Itulah bedanya dan mengapa penting dibedakan kedua istilah Infeksi Menular Seksual dan Penyakit Menular Seksual.

Faktor penting lainnya dari perilaku per-ping-pongan tadi, berarti dapat dikatakan daerah perkelaminannya dan organ pembiakan (reproduksinya) sering terinfeksi. Berarti sering radang. Ibarat militer, merupakan daerah rawan bergejolak. Sehingga penduduk sel-selnya rawan mengalami pemberontakan. Pemberontakan sel inilah dikenal dengan istilah kanker. Pemberontakan sel yang mengganas melawan pemerintahan tubuh. Yang berarti bisa mengancam hidup penderita.

Jadi dapat dikatakan: komplikasi medis dari penyakit menular seksual terutama yang kronis selain tentu saja biaya kesehatan yang mahal, adalah bisa menyebabkan kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, dan kanker yang tentu saja bisa berakibat pada kematian.

Orang-orang yang suka main ping pong kuman penyebab penyakit menular seksual ini dalam istilah kedokterannya disebut dengan kelompok perilaku resiko tinggi. Sederhananya mereka yang masuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi adalah 168 orang yang menjadi biang kerok epidemi gonorhoe di Colorado pada cuplikan di atas. Masih ingat? Itu lho, yang salah satu diantara mereka ada namanya Darnell “Boss Man” Mc Gee, pria yang tingginya 180 cm keren banget, banyak gadis yang mau diajak kencan, dan menularkan HIV pada 30 dari 100 gadis yang pernah diajaknya berhubungan seks. Masih belum ingat. Udah deh dilihat di halaman sebelum ini yang ada judul kecil Epidemi Gonorhea di Colorado Springs, Colorado.

Lalu mengapa kok sampai bisa bayi-bayi ikut tertular sampai kedua matanya bernanah hebat?

Pintar! Pertanyaan yang bagus.

Mengapa kuman penyebab yang menjadi bola ping pong bisa sampai keluar lapangan, bahkan sampai terlempar jauh? Inilah masalah utamanya. Pada kasus epidemi gonorhoea di Colorado Springs di atas ternyata ada andil dari profesional kesehatan yang tidak disiplin dalam menerapkan prinsip patient safety dalam bekerja. Para perawat lupa tidak menyucihama tangannya setelah menangani seorang ibu dari kelompok perilaku resiko tinggi yang melahirkan anaknya, kemudian menolong bayi-bayi lain di bangsal yang sama, yang ibunya normal-normal aja. Akibatnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang BUKAN termasuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi juga ikut tertular. Infeksi pada bayi sehat akibat tindakan profesional kesehatan yang tidak mengindahkan prinsip patient safety ini dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Pencegahannya sederhana. Hanya mencuci tangan dengan sabun sebelum berpindah menangani pasien selanjutnya. Saat ini telah banyak penyucihama alkohol berbentuk gel, sehingga sangat praktis dan tidak merepotkan perawat atau bidan yang banyak menangani pasien dengan berbagai kondisi infeksi di rumah sakit.

Sudah clear kan? Alhamdulillah. Sekarang kita pada akhir dalam pembahasan mengenai infeksi menular seksual dengan penyakit menular seksual. Beberapa poin penting yang dipelajari disini adalah :

1. Istilah penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual adalah berbeda. Infeksi menandakan kuman penyebab masuk tetapi belum memunculkan sakit tetapi dapat menular. Sedangkan penyakit menular seksual, sudah muncul gejala-gejala yang menyimpulkan suatu penyakit dan kuman sudah ada di dalam tubuhnya dalam kurun waktu tertentu sebelum penyakit muncul.

2. Infeksi maupun penyakit menular seksual adalah penyakit perilaku. Maka penanganan yang utama adalah penanganan perilaku. Terutama pada kelompok perilaku resiko tinggi. Maka kampanye kesehatan seksual ditekankan pada kelompok ini.

3. Ketiga peran profesional kesehatan dalam menerapkan prinsip-prinsip patient safety sangat membantu dalam melokalisir fenomena kuman penyebab yang berperan seperti bola ping pong agar tidak melebar di luar arena kelompok mereka yang berperilaku resiko tinggi sebagai pengidap dan penyebar infeksi menular seksual.



[1] Malcolm Gladwell, 2000, Tipping Point; How Little Things Can Make a Big Difference, Edisi Indonesia, Tipping Point; Bagaimana Hal-hal Kecil Dapat Menghasilkan Perubahan Besar, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar