Beberapa kelainan jiwa tertentu seperti gangguan kecemasan, mulut menjadi pengalihan untuk meredakan kecemasan penderita tersebut. Walaupun pengalihan ini meredakan, tetapi tidak menyembuhkan akar permasalahan kecemasan yang melanda dirinya. Kalau Anda pernah belajar psikologi, dan mengenal pemikiran Sigmund Freud (baca: Sigmun Froit), yang mengelompokkan perkembangan psikologis manusia melalui fase-fase yang salah satunya adalah fase oral atau fase mulut. Fase oral atau fase mulut ini muncul pada saat kita masih bayi. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika seseorang mengalami tekanan masalah akibat peristiwa hidup yang tidak mengenakkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka psikologis kita menciptakan mekanisme pertahanan jiwa agar dia tidak merasa terserang dan aman. Salah satu jenis mekanisme pertahanan ketika menghadapi “ancaman” tekanan hidup itu adalah regresi. Sederhananya ketika kita masih kanak-kanak menjelang remaja atau mungkin sudah dewasa, pada saat kita mengalami permasalahan pelik, seperti menghadapi ujian dengan materi bejibun, maka seringkali kita mulai timbul pikiran-pikiran membayangkan enaknya dulu masih kanak-kanak hidup enak, senang tanpa permasalahan seperti yang dihadapi saat ini. Atau ketika melihat anak kecil, kita berandai-andai kalau kita seperti anak itu, betapa enaknya belum menghadapi dan memikul beban tanggung jawab yang luar biasa besar seperti yang kita hadapi saat ini. Situasi inilah yang dikenal dengan mekanisme pertahanan regresi. Bentuk lainnya adalah kembali kepada masa perkembangan yang disebut oleh Sigmund Freud dengan fase oral yang terjadi pada saat kita masih bayi. Wujud regresi ke fase oral bisa bermacam-macam. Pada anak-anak atau menjelang remaja, sering kita jumpai pada anak yang menggigit jari (bervariasi bentuknya mulai mengemut, menggigit kulit jari hingga kuku) atau menggigit pakaian yang dipakai ketika dimarahi atau ketika ia berhadapan dengan peristiwa yang menegangkan lainnya. Manifestasi regresi ke fase oral bisa juga dengan ngemil makanan atau merokok dan yang lebih parah minum minuman beralkohol. Jadi seseorang yang mengalami gangguan jiwa itu tidak harus kurus, bahkan sebaliknya bisa jadi sangat gemuk, karena mekanisme pertahanan jiwanya dengan regresi ke fase oral melalui ngemil makanan yang tiada henti. Ujung-ujungnya berat badan melonjak tak terkendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar