Minggu, 11 September 2011

Mengapa Orang bisa Kecanduan Rokok?

Inilah yang paling sering tidak disadari oleh mereka yang akhirnya jatuh dalam kelompok mereka yang digolongkan sebagai perokok berat. Pada mulanya adalah coba-coba. Kemudian karena pengaruh tekanan teman sebaya, akhirnya menjadi suatu kebiasaan saat berkumpul dan “kongkow-kongkow” kelompok. Selanjutnya saat mempunyai permasalahan dan saat sendiri, rokok, akhirnya menjadi pilihan sebagai teman setia yang mendampingi “kekalutan pikiran”. Akhirnya mulai timbul semacam “rasa kangen” ketika tidak ditemani rokok terutama bila saat sendirian. Pada saat inilah orang menyebut sebagai ketergantungan psikologis. Kebiasaan ini berlanjut terus dalam batas waktu tertentu membuat nikotin (zat psikotropik dalam rokok) mempunyai tempat istimewa di ruang molekuler reseptor otak bagian emosi. Bila ini sudah tercapai, si perokok akhirnya mengalami ketergantungan fisik. Dalam arti baik dalam keadaan ada “badai psikologis” atau pun tidak sama saja, si pelaku harus mendapatkan suplai nikotin yang harus dan terus-menerus mengisi reseptor nikotin di otak. Mungkin Anda heran, mengapa nikotin yang bukan bagian dari tubuh kita bisa menempati “tempat istimewa” dalam reseptor di otak? Sebenarnya di dalam tubuh ada molekul psikotropik alami yang membuat orang bisa mengatasi “kegalauan hati” dan “kegelisahan jiwa”. Namun karena setiap hari dan setiap saat terus-menerus dibombardir partikel-partikel nikotin yang berhamburan dalam jumlah besar, akhirnya nikotin ini bisa memenangkan persaingan untuk menempati “tempat istimewa” di reseptor otak tersebut. Akibatnya bila reseptor otak ini tidak terisi oleh nikotin, si pelaku rokok menjadi gelisah, tidak nyaman, galau dan resah, yang mendorongnya agar terus merokok untuk memberikan suplai nikotin dalam jumlah yang cukup. Bagi perokok berat, diibaratkan nikotin sudah demikian berurat akar di otak, akibatnya bila dipaksa berhenti merokok itu sama dengan “mencabut” nikotin yang sudah demikian berurat akar. Selanjutnya akan berakibat “sakau”, dengan demikian akan mencari pemenuhan nikotin dengan merokok lagi.

Ada sifat lain dari nikotin yaitu bersifat adiksi, artinya makin lama tubuh membutuhkan lebih banyak lagi dosis nikotin yang harus disuplai. Tetapi pada saat yang sama, zat-zat racun lain yang dikandung rokok sudah membuat kerusakan yang cukup parah, seperti membuat kerusakan di jaringan paru yang ujungnya membuat sel-sel paru berubah menjadi sel-sel ganas atau kanker paru. Di tempat lain, di pembuluh darah, oksidan dari pembakaran rokok yang masuk ke dalam pembuluh darah, merusak lapisan endotel (lapisan sel yang membuat pembuluh darah licin dan lentur). Bila lapisan endotel ini rusak, maka pembuluh darah menjadi kaku, permukaannya ditempeli lemak-lemak berbahaya dan akhirnya membuat pembuluh darah ini tersumbat. Bila lokasi penyumbatan ini ada di jantung, maka orang yang mengalami hal ini menderita sakit jantung yang mematikan. Bila lokasi penyumbatan berada di pembuluh darah otak, maka jaringan otak yang suplai darahnya terhenti akibat sumbatan menjadi mati. Akibatnya, orang yang mengalaminya menderita kelumpuhan karena “penggerak” otot mengalami kematian, dan orang di sekitarnya mengenalnya menderita stroke. Bila lokasinya di pembuluh darah mata (retina; tempat saraf-saraf penglihatan) berakibat matinya saraf-saraf penglihatan. Bila ini terjadi, orang yang mengalaminya akan mengalami kebutaan. Dan sebagainya, pendek kata kerusakan yang diakibatkan tergantung pada organ mana yang tersumbat pembuluh darahnya.

Selain sumbatan pembuluh darah, paparan oksidan (oksigen yang sangat reaktif, produk dari pembakaran rokok) yang terus-menerus pada sel-sel tubuh, mampu merubah sel-sel tubuh berubah sifatnya menjadi sel-sel yang ganas, atau biasa dikenal dengan kanker. Kanker yang diakibatkan rokok diantaranya adalah kanker paru dan kanker pankreas.

Dari uraian ini maka benar kalau ada orang yang mengatakan: “mas... mas... mau beli racun kok yang mahal..mahal. Sama-sama racunnya ya pilih yang murah aja!” Tapi ada ungkapan yang lebih benar: “Lha kalau sudah tahu racun, mengapa harus dikonsumsi... malah dibeli segala..pakai mahal lagi..!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar