Seseorang menjadi sakit, bukanlah faktor yang berdiri
sendiri. Setidaknya ada empat faktor yang saling berinteraksi secara dinamis
dalam “memproduksi” terjadinya penyakit (lihat gambar 3). Empat faktor yang
saling berinteraksi secara dinamis tersebut meliputi :
1.
Faktor genetik (bawaan)
2.
Faktor agen penyakit
3.
Faktor perilaku
4.
Faktor lingkungan
Gambar 3. Interaksi faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat sakitnya seseorang
1. Faktor genetik
Seringkali
faktor ini disebut dengan faktor bawaan. Kontribusi faktor genetik dalam
menyebabkan penyakit dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya, berkisar
antara 30 – 50 %. Ada ciri-ciri genetik tertentu yang membuat seseorang lebih
rentan untuk menderita penyakit tertentu daripada kebanyakan orang pada
umumnya. Ciri-ciri genetik itulah yang bisa dicari dengan penelitian molekuler
yang canggih, atau cara sederhana dengan membuat pohon keluarga, seperti yang
akan dibicarakan lebih lanjut. Untuk mendapatkan informasi mengenai kerentanan
genetik yang dimiliki seseorang ada dua cara :
1.
Cara rumit
2.
Cara sederhana.
Cara Rumit Menilai
Kecenderungan Genetik dalam Menimbulkan Penyakit
Cara
rumit untuk menilai kecenderungan genetik dalam menimbulkan penyakit dengan
pemeriksaan molekuler. Penerapannya masih terbatas pada penelitian yang tingkat
kerumitannya sangat canggih. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi keberadaan
gen-gen tertentu yang membuat seseorang rentan untuk mengalami penyakit
tertentu. Pada tabel 1, menunjukkan contoh keberadaan gen-gen “rentan” atau
“rapuh”, artinya, keberadaan gen-gen tersebut pada tubuh seseorang, membuat
seseorang tersebut, mempunyai kecenderungan sakit tertentu lebih besar dari
pada orang kebanyakan yang tidak memiliki gen-gen “rentan” atau “rapuh”
tersebut.
Tabel 1. Contoh kelainan “struktural” genetik yang membuat
orang yang memilikinya mempunyai kecenderungan besar untuk mengalmi penyakit
No.
|
Gen yang rentan
|
Molekul atau fungsi yang rentan
|
Jenis penyakit yang dihasilkan
|
1.
|
Pemilik
gen BRCA1 dan BRCA2 yang rentan mengalami mutasi
|
Molekul BRCA1 dan BRCA2 yang mengendalikan
pembelahan sel payudara dan ovarium yang “cacat” produksi
|
Kanker payudara, kanker ovarium
|
1.
|
25 varian gen yang membuat seseorang rentan untuk menderita
diabetes
|
Berbagaimacam mekanisme yang akhirnya membuat sel
tidak mampu memasukkan gula (glukosa) ke dalam sel
|
Diabetes melitus (kencing manis)
|
Cara Sederhana untuk Mengetahui Kerentanan
Genetik
Cara
sederhana untuk mengetahui kerentanan genetik yang ada pada diri kita adalah
dengan membuat pohon keluarga atau silsilah keluarga atau dalam bahasa ilmiah
disebut dengan genogram. Membuat pohon keluarga ini pada prinsipnya adalah
melakukan aktivitas “audit modal dasar” biologis kesehatan kita dan keluarga
kita dalam menentukan sehat atau sakitnya diri kita. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat pohon keluarga meliputi hal-hal berikut:
a. Simbol dasar
Gambar. Simbol-simbol yang disepakati dalam
membuat genogram beserta maksudnya.
b. Minimal dibuat tiga generasi
Dalam membuat pohon keluarga minimal yang
penyusunannya melibatkan tiga generasi, yaitu : kakek/nenek, ayah/ibu dan anak (atau
bisa dimulai ayah/ibu, kemudian anak, dan terakhir adalah cucu) termasuk Anda sendiri
atau bila dalam konteks dokter, pasien yang sedang diperiksa.
c. Mengidentifikasi penyakit-penyakit yang
diderita anggota keluarga
Setelah silsihah keluarga terbentuk
kemudian kita melabeli dengan penyakit-penyakit yang diderita pada anggota
keluarga yang menderita.
Gambar
4, merupakan contoh pohon keluarga yang mampu mendiskripsikan informasi dasar
mengenai pernikahan, anak-anak kandung, suku atau etnis keluarga tersebut
beserta penyakit-penyakit yang diderita oleh anggota keluarga beserta informasi
mengenai anggota keluarga yang sudah meninggal. Dari gambar 4, maka “si Anu”
mempunyai kerentanan secara genetik untuk mengalami obesitas (kegemukan),
diabetes melitus, hipertensi, stroke dan kanker. Maka tindakan selanjutnya yang
dilakukan oleh “si Anu” adalah mencari pengetahuan mengenai hal-hal yang
mencegah seseorang mengalami penyakit seperti yang ada dalam keluarganya,
demikian juga dengan melakukan aktivitas-aktivitas pencegahan untuk
meminimalkan peluang terjadinya penyakit yang pernah di derita keluarganya
tidak mengenai dirinya. Dari sini “si Anu” akan mempunyai perencanaan kesehatan
yang jelas untuk dirinya.
2.
Faktor
agen penyakit
Prinsip umum untuk agen penyakit
dalam hal ini adalah agen dalam bentuk apa pun yang merusak keseimbangan normal
fungsi-fungsi tubuh yang berujung menyebabkan sakit. Zat ini bisa
mikroorganisme (bila dirinci lebih lanjut; virus, bakteri, jamur, cacing dan
jasad renik lainnya), zat-zat kimia (contohnya asap rokok, asap kendaraan
bermotor, racun pestisida, zat pewarna tekstil yang dipaksa digunakan sebagai
zat pewarna, dan semacamnya), nutrisi berlebihan, suara berlebihan dan energi
radiasi sinar ultraviolet, sinar rontgen serta berbagai bentuk apa pun yang
merusak keseimbangan normal fungsi-fungsi tubuh.
3.
Faktor
perilaku
Adalah aktivitas individu atau
kelompok individu yang membuat agen penyakit berinteraksi dengan tubuh mereka
dan secara intens mengganggu keseimbangan fungsi-fungsi tubuh. Contoh perilaku
yang membuat seseorang berinteraksi secara intens dengan agen pembuat penyakit
adalah perilaku seks bebas. Perilaku seks bebas ini membuat seseorang atau
kelompok orang yang melakukannya berinteraksi intens dengan mikroorganisme
penyebab penyakit menular seksual. Perilaku minum alkohol membuat tubuh
seseorang yang melakukannya berinteraksi secara intens dengan daya rusak dari
zat alkohol dan berujung pada utamanya kerusakan organ hati. Faktor perilaku
inilah merupakan jenis pembajak kesehatan yang paling kuat pengaruhnya dan
seringkali para pelaku tidak mempunyai kuasa untuk memodifikasinya atau untuk
merubahnya secara mendasar.
4.
Faktor
lingkungan
Adalah kondisi lingkungan dimana
individu berinteraksi secara intens dengan agen penyebab sakit. Lingkungan
dapat bersifat biologis seperti lingkungan rumah tangga yang banyak berkeliaran
“tamia” tikus satu paket dengan kutu-kutu yang melekat pada hewan tersebut.
Lingkungan lain misalnya lingkungan sosial yang diliputi suasana permusuhan,
persaingan tidak sehat dan saling menjatuhkan atau lingkungan keluarga yang
tidak harmonis. Di lingkungan sosial ini, agen penyakitnya bersifat psikologis
yang merusak keseimbangan psikologis seseorang yang tenang, kemudian
berpengaruh pada keseimbangan saraf, mengguncang keseimbangan hormonal dan
status daya tahan seseorang, sehingga berakibat sakit yang multi efek (infeksi,
gangguan hormonal seperti menstruasi terganggu, diabetes melitus, penyakit
alergi dan akhirnya penyakit psikoemosional). Lingkungan fisik non biologis,
seperti lingkungan dekat hutan yang dibakar, membuat lingkungan tersebut
dipenuhi asap yang mengandung agen-agen penyakit yang merusak sistem pernafasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar